Kembali Asing


“Pulang yuk, udah malem. Maaf ya, kamu jadi nunggu lama..”

“Eh? Iya gapapa ko.” Aku menanggalkan lekukan bulan sabit di bibirku. Ya walaupun harus menunggu lumayan lama.

“Oh iya, jangan ngebut-ngebut ya, udah malem, bahaya tauuu,” Ucapku sambil membetulkan rok seragam yang panjang, demi keamanan pas naik motor, hehe. Maklum, pada waktu itu aku pulang les dan ya, sudah lewat dari jam enam sore tentunya.

“Iya bawel.”

Aku mendengus kesal. Tapi anehnya, aku sayang. Selama perjalanan, terkadang aku memperhatikan bahunya, bahu seorang laki-laki yang tulus menyayangiku selain ayahku. Seperti biasa, aku tersenyum.

**
Gubrakkkkkkkkkkk!

“HEYYY! HEYY! Ngapain kamu?” Tangannya mengipas-ngipas dihadapanku.
Sontak saja, mataku terbelalak. Aku habis melamun ternyata. Memikirkan kenangan yang beberapa bulan lalu baru saja terukir.

“Masih mikirin dia lagi?” Tanya seseorang dihadapanku.

“Emm, anu… emm” Gila, kalau dia tau, dia akan memarahiku (lagi), ucapku dalam hati.

“Tuh kan, pasti kamu habis nglamunin dia lagi ya? Sampai-sampai matamu sembab.”
Dia memarahiku, karena akhir-akhir ini aku menjadi pemurung, sudah seperti orang kehilangan arah hidup saja ya? Ngomong-ngomong, dia sahabatku, dia yang mengerti aku, dia paling tidak suka melihat aku dengan keadaan yang begini hancurnya.

“He-he, i..ya, anu.. kalo sama kamu, aku ngga bisa bohong Nis.”

“Tuhkan sudah aku bilang, jangan pikirin dia lagi, dia saja sudah bahagia, sudah menemukan pengganti kamu, dan kamu? Masih saja memikirkan dia yang sudah jelas-jelas tidak peduli dengan kamu? Bertemu pun, seperti orang asing bukan? Jadi untuk apa kamu masih memikirkannya? Jangan berharap lebih, malah hal itu membuat kamu semakin sakit!”

“Aku ngga ngelamunin hal-hal yang macem-macem ko, aku cuman kepikiran dia kan habis ulang tahun, tapi aku cuman baru ngucapin, belum kasih hadiah, padahal udah aku persiapin jauh-jauh hari, tapi karena  ada suatu hal, hubungan aku sama dia jadi agak renggang. Baru satu bulan kemudian aku baru aja mau kasih dia hadiah, beliin dia kue, karena aku mempunyai firasat bahwa di umurnya yang sekarang adalah ulangtahun terakhirnya bersamaku, dan aku mau kasih dia kejutan, karena aku tau, disaat umurnya yang ke 17 tahun, tahun depan, aku udah ngga ada di sisinya lagi, bodohnya aku yang mementingkan ego sendiri, gini kan, nyesel akibatnya. Padahal pas tahun depan tanggal cantik lho! 19-09-2019, hufffttt. Gimana dong?? Dia sudah terlanjur pergi, aku ngga bisa buat apa-apa, aku juga gatau mau ngomongnya kaya gimana, semuanya udah terlanjur Nis.”

Tangisan itu pecah, tubuhku segera diraih oleh Annisa, di dekap erat, bahuku bergerak naik-turun, 
nafasku tersengal-sengal, aku sudah tidak memperdulikan diriku lagi.

“Udah-udahhh, kamu jangan sedih terus, kasian sama diri kamu, udah, habis ini janji jangan nangis lagi ya? Ini tangisan terakhir kamu tentang dia, life must goes on, let’s go move on!
Ucapnya bersemangat, mencoba menenangkan hati ini yang sedang gundah.

“Ngga semudah itu Nis, aku masih mikirin hal-hal lain, kaya dia pergi aja aku maish ngga nyangka, apalagi dia udah punya pengganti aku, ya itu hak dia sih, untuk dapat pengganti yang lebih baik dari aku, aku udah coba ikhlasin semuanya Nis, tapi kadang kenangan-kenangan itu muncul disaat aku udah lumayan bisa move on, masih banyak hal yang aku mau lakuin bareng dia, dan salah satu hal itu adalah ngerayain ulangtahun terakhir dia bersama aku, Nis.”

“Semua orang boleh kecewa, tapi jangan terlarut dalam kekecewannya, jadikan ini pengalaman yang terbaik untuk kamu sendiri, Semangat!”

Perlahan, aku mulai mengusap air mataku, aku sudah mulai bisa menerima kedaan ini. Semesta, katakan  padanya, terimakasih dan maaf untuk segalanya. Karena kini, sudah ada perempuan lain yang berada di belakang punggungnya, sudah ada perempuan yang ia janjikan untuk diberi kebahagian, perempuan yang ia titipkan kepercayaannya setelah aku. Aku berharap kamu bahagia selalu, tak mengapa, lebih baik kita menjadi kita yang dulu, kita yang asing dan tidak mengenal satu sama lain. Dan, yang kau lihat tentang aku yang sekarang anggap saja tidak kenal, seseorang yang sedang berjuang melupakan segala ingatannya tentang kamu, terimakasih banyak.  

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Jingga's

Meet Me in Other Universe

Kereta