Kereta
Tiga jam perjalanan lintas provinsi di bulan April menjadi
awal dari perbincangan kita. Sepanjang perjalanan aku bercerita banyak hal
tentang apa yang sudah terlewat, yang sekarang, dan angan yang kuimpikan. Aku
tahu, kamu sebenarnya mengantuk karena perjalanan panjang yang terjadi di siang
hari yang merupakan waktu untuk beristirahat sejenak. Akan tetapi, kamu lebih memilih
mendengarkan ocehanku yang sedari tadi tidak ada hentinya.
Aku masih mengingat beberapa percakapan kita, beberapa
yang masih membekas adalah bagaimana kamu memiliki sebuah ’mindset’ yang
membuatku terkagum. Sejenak aku berfikir, dunia ini masih terlalu luas untuk
mengenal orang baru dengan pemikiran yang lebih beragam, dan aku hanya baru
menjelajahi 0,0 sekian persen dari populasi di dunia dan salah satunya kamu. Aku
bahagia selalu dipertemukan dengan orang-orang hebat dari berbagai latar
belakang yang membuatku tak hentinya mengucap syukur. Setidaknya, orang
tersebut mengenal aku dan mengetahui bahwa aku hidup di dunia ini adalah suatu
anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri. Sekecil apapun itu, jangan lupa untuk
selalu bersyukur menikmati pemberian Tuhan.
Oke, kembali lagi dengan percakapan yang terjadi di dalam
kereta. Bising bunyi mesin kereta memecah keheningan di antara kita. Kereta
ekonomi yang dipesan berhadapan dengan satu perempuan dewasa yang di sebelahnya kosong. Entah
mengapa, kamu merupakan sosok pendengar yang baik, bijak, dan dewasa dalam
mengambil keputusan. Dari beberapa cerita yang kamu bicarakan juga cukup
memberikanku gambaran seperti apa sifat kamu. Sebenarnya, kamu ini misterius,
tidak suka mengumbar hal-hal privasi, know how to treats girl,
dan bagaimana kamu memandang dunia ini dengan segala prinsip keren yang kamu
punya.
Sudah
kubilang sejak awal, di sepanjang perjalanan aku terusss saja bercerita karena
ya aku sebenarnya bukan tipe orang yang suka bercerita, apalagi sampai
menceritakan beberapa hal privasi ke orang lain kecuali aku mempercayai orang
tersebut. Aku tahu seberapa membosankannya menjadi mba-mba yang duduk di depan
kita sambil mendengarkan cerita-cerita tidak jelas dengan pengetahuan pas-pasan
yang aku punya. Haha, mengingatnya
saja merasa geli, kenapa aku terlalu sok tahu mengenai beberapa pertanyaan yang
kamu lontarkan. Akan tetapi, terima kasih karena telah mempercayaiku menjawab
beberapa hal yang kamu bingungkan.
Senang rasanya berbagi sudut pandang dengan orang baru,
dari situlah kita sadar bahwa terkadang kita memaksakan seseorang berpikiran
sama dengan kita, dengan apa yang kita pikir benar tetapi ya, kita tidak boleh
seperti itu. Di dunia ini terdapat miliaran kepala dengan isi yang
berbeda. Bahkan, anak kembar
identik pun tidak memiliki isi pikiran yang benar-benar sama.
Sebenarnya, aku sempat merasa bersalah karena membiarkan
jam tidur siang kamu berantakan hanya karena kamu lebih memilih untuk
mendengarkan cerita ketidakjelasan aku, haha. Sepulang dari kota itu aku
sengaja membiarkanmu duduk di dekat jendela karena aku tahu kamu pasti
mengantuk dalam perjalanan panjang. Aku sengaja tidak mengajakmu mengobrol
untuk menebus kesalahanku di beberapa hari yang lalu, hehe. Perjalanan pulang
itu dilakukan di pagi hari. Di pagi hari itu entah mengapa AC di kereta suhunya
rendah, cukup membuat kami kedinginan, tetapi itu tidak seberapa, masih bisa
ditahan. Aku jadi teringat kalimat dari bundaku yang menyuruhku agar membawa
jaket karena di kereta yang sekarang itu dingin. Aku menolak karena aku tidak
percaya dengan melontarkan sedikit bercandaan karena selama aku naik kereta
perjalanan ke kota tersebut tidak pernah merasa kedinginan, apalagi kelas
ekonomi. Selain itu, membawa sebuah
jaket menurutku akan membuat sedikit kerepotan karena aku membawa satu
tas ransel dan satu totebag yang sudah terisi penuh.
Entah karena semalam aku habis begadang atau apa, di pagi
itu aku sangat merasa mengantuk. Jadinya aku mencoba untuk tidur di bangku
pinggir dengan kepala yang bergeser kesana kemari karena tidak tahan akan rasa
kantuk yang menyerangku di pagi hari itu. Kamu yang merasa tidak tega akhirnya
menawarkan diri untuk berganti posisi, jadi aku yang duduk di dekat jendela
agar tanganku dapat menyangga kepalaku yang mulai memberat. Aku langsung
tertidur. Mataku rasanya pedih untuk tetap dalam kondisi terjaga, aku mulai memejamkan
mataku, tetapi aku masih mendengar suara percakapan orang-orang di sekitar. Aku
tidak peduli, yang aku pikirkan sekarang adalah aku harus segera tidur untuk
mengusir rasa kantuk yang melanda.
Beberapa jam berlalu, irama jantung beradu dalam keheningan.
Sesekali suara klakson kereta api memecah suasana. Tidak banyak percakapan yang
ada pada saat itu karena sudah berada di alam mimpinya masing-masing. Kini
saatnya pulang ke rumah masing-masing, perjalanan selesai, percakapan kita
mulai usai.
Di lain kesempatan, aku sangat bahagia karena telah
memberikanmu kado yang dikata "anti mainstream". Ya, aku tidak mau
memberikan suatu hal yang terlalu mainstream agar aku mudah dikenang
karena keunikan yang ada di dalam diriku.
Masih banyak hal yang sebenarnya aku ingin ceritakan denganmu, dan aku masih ingin mendengar cerita-cerita dibalik diamnya kamu. Ah, entahlah. Aku tak tahu kapan akan tiba kesempatan itu lagi. Kalau kamu baca cerita ini, aku mau bilang terima kasih karena sudah menjadi pendengar yang baik. Kamu keren banget! Mindset yang kamu punya bagus, aku sampai ngefans, haha. Apalagi cara kamu memandang berbagai permasalahan yang ada. Walaupun aku lahir duluan, tetapi sepertinya kamu lebih dewasa dariku, aku jadi insecure, haha.
Kindly remind to listen this song. The vibes is very calming.
Komentar
Posting Komentar